Desain
grafis adalah seni memadukan elemen-elemen visual, symbol maupun teks untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens yang dituju secara efektif. Asal muasal desain grafis
dapat ditelusuri hingga zaman prasejarah, namun perkembangannya sebagai
disiplin seni dan profesi modern dimulai pada abad ke-20.
Apakah pernah terbesit dalam pikiran kita, kira-kira desain grafis ini muncul dan ada sejak kapan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita eksplorasi jejak desain grafis sepanjang waktu hingga saat ini yang telah penulis rangkum sebagai berikut :
Zaman
Pictographs dan Petroglyphs diprediksi telah ada berkisar antara 30.000 hingga 4.000 tahun lalu yang digunakan sebagai media komunikasi visual berupa gambar dan lambang pada permukaan
seperti dinding gua, batu, dan benda-benda lain.
Pictographs (Pesan dalam gambar) adalah bentuk desain grafis sederhana
yang memungkinkan komunikasi tanpa perantara lisan. Peradaban kuno, seperti
Sumeria, Mesir, dan pribumi Amerika, memanfaatkan gambar dan lambang tersebut untuk merekam peristiwa sejarah, peraturan, atau kisah mitos.
Petroglyphs (Karya Seni Batu) adalah desain grafis yang diukir
pada permukaan batu. Suku-suku kuno, seperti suku-suku asli di Amerika,
Aborigin Australia, dan orang-orang Nordik, menciptakan petroglyphs untuk memperingati peristiwa penting, menandai wilayah,
atau sebagai bentuk seni ritual. Setiap ukiran memiliki makna khusus serta
mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas suku tersebut.
Pada
zaman pictographs dan petroglyphs, manusia menggunakan media
seperti dinding gua, batu, kulit, atau kayu. Teknik pewarnaan mencakup
penggunaan pigmen alami, seperti warna tanah atau darah hewan, dan alat-alat
sederhana seperti tulang atau kayu yang digunakan untuk membuat gambar atau
ukiran.
Meskipun
tidak ada catatan tertulis dari periode ini, namun artefak-artefak tersebut
memberikan gambaran mengenai kehidupan dan pemikiran manusia prasejarah di masa
lampau. Bagaimana cara mereka melakukan aksi berburu, melakukan ritual
keagamaan, maupun hubungan dengan alam.
Mari
kita lihat beberapa contoh desain grafis pada periode ini:
Pictographs di Cueva de las Manos (Gua Tangan), Argentina (sekitar 13.000–9.000 SM): Gua Tangan yang tertinggal ini menampilkan lukisan-lukisan tangan manusia menggunakan teknik daubing atau mencelupkan tangan ke dalam pigmen dan menekannya ke dinding gua. Selain tangan, gua ini juga dihiasi dengan gambar binatang dan pola geometris yang mungkin memiliki makna simbolis atau ritual.
Petroglyphs di Valle Camonica, Italia (sekitar 8.000 SM): Valle Camonica merupakan salah satu petroglyph terbesar di Eropa, mencakup lebih dari 140.000 gambar di batu. Motif-motif melibatkan gambar manusia, binatang, alat, dan simbol-simbol misterius yang mungkin memiliki arti keagamaan atau kognitif.
Pictographs di Tassili n'Ajjer, Sahara (sekitar 10.000–6.000 SM): Lukisan di Tassili n'Ajjer mencakup gambar-gambar manusia, hewan, dan kegiatan manusia zaman dahulu menjalani kehidupan sehari-hari. Desain grafis di sini bisa memiliki makna sosial, kognitif, atau mitologis dan mencerminkan kehidupan masyarakat prasejarah di daerah tersebut.
Petroglyphs di Fjordland, Selandia Baru (sekitar 1.000 M): Penggunaan petroglyph di Fjordland melibatkan gambar-gambar yang diukir pada batu, mencakup gambar-gambar wajah manusia, makhluk-makhluk mitologis, dan alat-alat tradisional. Beberapa petroglyph mungkin digunakan sebagai tanda batas atau petunjuk navigasi bagi suku-suku Maori.
Sebelum
ditemukannya tulisan, manusia prasejarah menggunakan gambar dan lambang untuk
berkomunikasi. Desain grafis pada zaman ini mungkin tidak memiliki tujuan
komersial seperti desain grafis modern seperti sekarang. Melalui piktograf dan petroglyph ini,
manusia prasejarah mampu berkomunikasi dengan sesama mereka, meninggalkan
warisan visual yang memberikan wawasan berharga tentang kehidupan dan pemikiran
masa lampau.
Desain
grafis pada masa Kuno Mesir yang berkembang sekitar 3200 SM ini memiliki ciri
khas yang unik dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
budaya Mesir Kuno pada masa itu. Dua elemen utama yang mencirikan desain grafis
pada periode ini adalah penggunaan hieroglif
sebagai bentuk penulisan dan penggunaan papirus
sebagai media untuk menyimpan dan menyampaikan pesan.
Mari kita eksplorasi
lebih dalam tentang bagaimana desain grafis menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Mesir Kuno.
Hieroglif: Bahasa Gambar Mesir
Hieroglif adalah bentuk penulisan unik yang digunakan oleh masyarakat Mesir Kuno. Kata "hieroglif" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tulisan suci" atau "tulisan dewa." Sistem ini terdiri dari berbagai simbol dan gambar yang mewakili objek, kata, atau bunyi. Hieroglif tidak hanya merupakan bentuk komunikasi sehari-hari tetapi juga digunakan dalam konteks keagamaan dan pemerintahan.
Setiap hieroglif memiliki makna yang spesifik, dan kombinasi hieroglif dapat membentuk kata-kata atau kalimat. Penggunaan warna, ukuran, dan penempatan hieroglif juga memberikan nuansa dan menjadi karya seni yang kompleks dan diperkaya dengan elemen-elemen estetika.
Papirus: Media Tulis Khas Mesir Kuno
Papirus
adalah jenis tanaman yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil, dan seratnya
digunakan untuk membuat lembaran tipis yang menjadi media utama untuk
menuliskan hieroglif. Proses
pembuatan papirus melibatkan
pemotongan, penjemuran, dan penyusunan serat-serat tanaman secara hati-hati.
Papirus memiliki permukaan yang halus dan tahan lama untuk menulis hieroglif. Lembaran papirus ini sering digulung dan diikat dengan tali atau ditempatkan dalam selubung khusus, membentuk gulungan papirus. Selain untuk menuliskan teks, papirus juga digunakan untuk membuat lukisan dan ilustrasi, menunjukkan bahwa desain grafis bukan hanya berkaitan dengan bahasa tertulis tetapi juga seni visual.
Desain
grafis Mesir Kuno tidak hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga
menciptakan keindahan estetika. Kombinasi warna-warna cerah seperti biru,
hijau, dan merah muda dipilih dengan hati-hati untuk memberikan kesan yang
kuat. Selain itu, prinsip hierarki digunakan untuk menyoroti elemen-elemen
penting dalam desain, seperti dewa atau raja, yang sering digambarkan lebih
besar dari karakter lainnya.
Lukisan-lukisan
dinding di makam-makam atau kuil-kuil memberikan contoh nyata tentang bagaimana
desain grafis digunakan untuk mengabadikan sejarah, mitologi, dan kehidupan
sehari-hari Mesir Kuno. Kejadian-kejadian penting dan ritual keagamaan sering
diabadikan dalam bentuk gambar dan tulisan, menciptakan warisan visual yang
berharga bagi generasi yang akan datang.
Meskipun
telah berlalu ribuan tahun, warisan desain grafis Mesir Kuno masih hidup dalam
kebudayaan modern. Simbol-simbol hieroglif sering digunakan dalam desain logo,
seni, dan mode untuk memberikan sentuhan eksotis dan misterius. Estetika warna
dan hierarki desain Mesir Kuno juga dapat ditemukan dalam banyak karya seni
kontemporer.
Dengan demikian, desain grafis pada masa Kuno Mesir tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya masyarakat Mesir Kuno. Keahlian mereka dalam menggabungkan kata dan gambar pada papirus menjadi dasar bagi perkembangan desain grafis yang kita kenal saat ini.
Abad
Pertengahan, periode yang meliputi kira-kira abad ke-5 hingga abad ke-15,
merupakan zaman yang penuh dengan perubahan signifikan dalam banyak aspek
kehidupan manusia, termasuk seni dan desain. Salah satu bentuk seni yang sangat
mencolok dan memiliki dampak besar pada estetika visual selama periode ini
adalah seni manuskrip dan kaligrafi.
Manuskrip
adalah karya tulis tangan yang sering kali dihiasi dengan ilustrasi dan
dekorasi artistik. Pada awalnya, manuskrip digunakan untuk menyimpan teks
religius, seperti Alkitab dan kitab-kitab agama lainnya. Para kaligrafer dan
ilustrator bekerja keras untuk menciptakan halaman-halaman yang indah dengan
huruf-huruf yang rapi dan gambar-gambar yang memukau.
Kaligrafi,
atau seni menulis dengan indah, menjadi sangat penting selama Abad Pertengahan.
Tulisan tangan yang dipraktikkan dengan indah menjadi lambang kehalusan dan
ketertiban. Para kaligrafer menggunakan berbagai gaya tulisan, yang
masing-masing memiliki karakteristik unik dan memberikan nuansa estetika yang berbeda
pada teks.
Seni
manuskrip dan kaligrafi sering bekerja bersama untuk menciptakan karya seni
yang memesona. Naskah-naskah kuno terkenal tidak hanya berisi kata-kata yang
berharga tetapi juga ilustrasi dan ornamen yang melengkapi dan memperindah teks.
Inilah contoh nyata kolaborasi harmonis antara seni lukis dan seni menulis.
Selama
periode ini, Eropa terlibat dalam kontak intensif dengan dunia Timur, terutama
melalui perdagangan dan Perang Salib. Pengaruh seni dari dunia Islam, yang
termasuk kaligrafi Arab, memasuki Eropa dan mempengaruhi perkembangan estetika
seni manuskrip. Hal ini tercermin dalam penggunaan motif geometris dan stilasi
dalam ornamen.
Banyak
manuskrip diproduksi di biara-biara dan pusat keagamaan pada masa tersebut.
Monastik menjadi pusat kehidupan intelektual dan seni, dan para biarawan sering
kali menjadi kaligrafer terampil. Katedral-katedral besar juga menjadi pusat
seni, dengan vitral, ukiran, dan manuskrip menjadi elemen penting dalam
dekorasi.
Manuskrip
menjadi sarana utama untuk menyimpan dan menyebarkan pengetahuan di Abad
Pertengahan. Karya ilmiah, sastra, dan sejarah dicatat dengan seksama dalam
halaman-halaman manuskrip yang indah. Pemeliharaan karya ini menjadi bagian yang begitu penting dari upaya pelestarian pengetahuan pada masa itu.
Penting
untuk dicatat bahwa seni manuskrip dan kaligrafi pada akhirnya memberikan
kontribusi besar terhadap lahirnya Renaisans. Penemuan mesin cetak oleh
Johannes Gutenberg pada abad ke-15 mengubah cara buku diproduksi, mengakhiri
masa eksklusivitas manuskrip. Meskipun demikian, estetika dan kehalusan yang
ditemukan dalam manuskrip tetap memengaruhi seni dan desain pada masa
selanjutnya.
Seni manuskrip dan kaligrafi selama Abad
Pertengahan tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan religius, tetapi juga
memberikan fondasi bagi perkembangan seni dan desain Eropa yang lebih luas.
Dengan mengeksplorasi teknik dan gaya dari periode ini, kita dapat lebih
memahami warisan visual yang terus memengaruhi kita hingga hari ini.
Desain
Grafis terus mengalami perkembangan ditandai dengan revolusi industri pada abad
ke-15, yaitu munculnya teknologi percetakan oleh Johannes Gutenberg mengubah
sepenuhnya cara manusia memproduksi buku. Dengan menciptakan mesin cetak yang
menggunakan huruf logam terlepas, Gutenberg memungkinkan produksi buku secara
massal, mengakhiri era manuskrip yang sangat mahal dan langka.
Pada
abad ke-15, Eropa masih hidup dalam suasana Abad Pertengahan yang cenderung
tertutup dan terfokus pada kegiatan agama dan keilmuan. Pada saat itu,
buku-buku merupakan barang mewah yang langka dan mahal, sebagian besar
dihasilkan melalui proses manual oleh para kaligrafer.
Johannes
Gutenberg, seorang penemu dan tukang cetak asal Jerman, menyelesaikan pengembangan
mesin cetaknya pada sekitar tahun 1440-an. Mesin ini menggunakan teknologi
cetak dengan huruf logam terlepas yang dapat dipindahkan dan disusun kembali.
Sebelumnya, metode cetak menggunakan blok kayu yang dipahat untuk setiap
halaman, yang memakan waktu dan biaya yang besar. Inovasi Gutenberg
memungkinkan produksi massal yang jauh lebih efisien.
Dengan
mesin cetaknya, Gutenberg memutuskan untuk mencetak Biblia Latin Vulgata,
sebuah versi Alkitab yang umum digunakan pada waktu itu. Cetakannya terkenal
sebagai Gutenberg Bible atau 42-Line Bible, dan pertama kali diterbitkan pada
sekitar tahun 1455. Keberhasilan ini menciptakan perubahan paradigma dalam
industri penerbitan dan mengantarkan era baru dalam penyebaran pengetahuan.
Munculnya
mesin cetak tidak hanya mempermudah produksi buku, tetapi juga memungkinkan
penyebaran pengetahuan lebih merata. Buku-buku yang sebelumnya hanya dapat
diakses oleh kalangan terbatas, kini dapat diperoleh oleh masyarakat luas. Hal
ini memberikan kontribusi besar pada peningkatan literasi dan perkembangan
intelektual masyarakat pada umumnya.
Warisan
Johannes Gutenberg dalam menciptakan mesin cetak dan memulai Revolusi Buku
tidak dapat diabaikan. Inovasinya membuka pintu bagi penyebaran tulisan, ilmu
pengetahuan, dan ide-ide baru di seluruh Eropa dan, akhirnya, dunia. Gutenberg
menjadi pionir yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi,
membuka jalan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern.
Berkat inovasi Gutenberg, dunia mengalami lonjakan besar dalam aksesibilitas pengetahuan, dan mesin cetaknya menjadi fondasi bagi revolusi di bidang percetakan dan penerbitan. Pada akhirnya, sumbangsihnya telah membentuk dasar bagi perkembangan intelektual dan budaya yang kita nikmati hingga saat ini.
Berkat
penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad sebelumnya, proses cetak
dengan huruf movable memungkinkan penyebaran informasi secara luas
dan lebih efisien.
Pada
masa itu, pemerintah dan penguasa menggunakan poster sebagai alat propaganda
untuk memperkuat kekuatan dan otoritas mereka. Di Eropa, terutama di kota-kota
besar seperti London dan Paris, poster propaganda digunakan untuk menyampaikan
pesan politik kepada masyarakat yang umumnya buta huruf. Poster ini seringkali
menampilkan gambar dan teks yang mendukung penguasa atau menyuarakan ideologi
tertentu.
Tidak
hanya pemerintah, bisnis juga mulai melihat potensi poster sebagai alat
periklanan yang kuat. Di kota-kota yang berkembang, pedagang dan pengusaha
mulai mencetak poster untuk mempromosikan barang dagangan mereka. Sebagai
contoh, poster yang menampilkan gambar produk, harga, dan informasi kontak
mulai muncul di tempat-tempat umum, seperti pasar dan jalan-jalan ramai.
Pada
awalnya, poster pada abad ke-16 masih terbilang sederhana dalam desainnya
dibandingkan dengan poster modern. Mereka cenderung menggunakan tulisan tangan
yang artistik dan ilustrasi manual. Meskipun warna-warna yang digunakan
terbatas pada palet yang sederhana, poster-poster ini memiliki daya tarik
visual yang cukup untuk menarik perhatian masyarakat.
Dengan
berkembangnya jaringan percetakan dan kemampuan mencetak dalam jumlah besar,
poster-poster ini dapat dengan mudah disebarkan di seluruh kota dan desa.
Mereka dipaku di tembok, pintu gerbang, dan tempat umum lainnya, menciptakan
pemandangan visual yang baru dan menyampaikan pesan politik atau komersial
kepada masyarakat yang lebih luas.
Hingga pada akhir abad ke-16, poster telah menjadi elemen kunci dalam membentuk opini publik. Masyarakat menjadi semakin terbiasa dengan visualisasi pesan-pesan politik dan iklan bisnis melalui perantara poster. Poster tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi praktis tetapi juga sebagai sarana untuk memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat.
Awal abad ke-17 hingga ke-18 ditandai oleh perubahan signifikan dalam
sejarah seni dan desain grafis. Masa ini dikenal sebagai periode Klasik, di
mana seni dan estetika mengalami transformasi mendalam setelah masa Renaisans.
Eropa saat itu dipengaruhi oleh pemikiran rasional dan idealisme klasik, dan
seni grafis tidak terkecuali dari perubahan ini.
Seni Barok
Pada
awal abad ke-17, seni Barok mendominasi pemandangan seni Eropa. Karya-karya
seni ini dicirikan oleh penggunaan gerakan dramatis, kontras cahaya dan
bayangan yang kuat, serta tema-tema religius yang mendalam. Seniman-seniman
seperti Caravaggio dan Gian Lorenzo Bernini menciptakan karya-karya monumental
yang mencerminkan keagungan dan kekuatan.
Style Rococo
Sementara
itu, di akhir abad ke-17, gaya Rococo mulai muncul sebagai reaksi terhadap
ketegangan seni Barok yang dramatis. Rococo menekankan pada dekorasi yang
lembut, warna-warna pastel, dan ornamen yang berlebihan. Karya seni Rococo
menciptakan suasana yang lebih ringan dan elegan, mencerminkan suasana
masyarakat aristokrat dan kecenderungan menuju estetika yang lebih rinci.
Victorian Style (1837-1901)
Victorian Style merupakan gaya desain atau seni visual yang berasal dari Inggris. Style desain visual ini menampilkan dirinya pada periode pemerintahan Ratu Victoria.
Adapun khas yang melekat pada desain ini adalah adanya ornamen hiasan yang hampir memenuhi semua bidang.
Gaya desain ini biasanya diaplikasikan ke semua cabang desain termasuk arsitektur, furniture, interior, kemasan dan lain sebagainya. Elemen yang dapat kita jumpai dari desain yang satu ini adalah penggunaan border (pembatas) yang tampak dekoratif dengan tipografi yang rumit, namun tampak simteris pada tata letak dan area desain.
Pada masa ini, gaya desain Victorian dikembangkan menjadi sedikit lebih sederhana dengan warna-warna cerah yang dikenal dengan sebutan Vintage Design.
Art And Crafts Style (1880-1910)
Art And Crafts Style merupakan gaya desain internasional yang terkenal dengan seni dekoratif halus. Style desain ini diperkenalkan di Inggris dan berkembang di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1880 sampai 1910, kemudian muncul kembali di Jepang pada tahun 1920-an.
Gaya desain ini dirancang dengan menggunakan bentuk sederhana, dan sering menampilkan kesan abad pertengahan, kesan romantis dengan lebih menekankan penggunaan tekstur dan ilustrasi tipografi.
Style desain ini memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang seni Eropa sebelum digantikan oleh Art Nouveau dan Art Deco Style, sampai akhirnya tergeser oleh style yang lebih modern pada tahun 1930-an.
Adapun ciri khas yang dapat ditemukan dari Arts & Crafts Style adalah bentuk sederhana, ilustrasi tipografi, dan penggunaan tekstur yang banyak.
Art Nouveau Style (1890-1920)
Art Nouveau Style mulai populer di Eropa Barat dan Amerika dengan ornamen garis (line), kurva yang tampak rumit dan penggunaan palet warna yang cerah namun nyaman dipandang.
Gaya seni visual yang satu ini memiliki ciri di antaranya; digambar dengan menggunakan tangan (hand draw), penggunaan ornamen garis dan kurva yang alami, dan penggunaan objek wanita pada desain.
Futurism Style (1900-1930)
Futurism bukan hanya sebuah gaya desain semata, melainkan juga sebuah gerakan nasional yang berkembang di Italia awal abad 20-an. Style desain ini lebih menekankan ilustrasi kecepatan, teknologi, dan kekerasan, serta bentuk objek seperti mobil, pesawat, dan kota.
Seni Futurism seringkali menawarkan pemecahan warna ke dalam serangkaian titik-titik atau bentuk-bentuk geometris melalui proses yang disebut Divisionisme. Style desain Futurisme memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan desain grafis ke arah yang lebih modern.
Early Modern Style (1910-1935)
Early Modern Style juga memiliki nama lain yaitu Constructivism.
Constructivism adalah suatu pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow pada tahun 1920 yang ditandai dengan penggunaan metode industri untuk menciptakan obyek geometris. Constructivism Rusia saat itu berpengaruh pada pandangan modern dalam penggunaan huruf sans serif warna merah dan hitam yang diatur dalam blok asimetris.
Early Modern tercipta ketika para seniman meninggalkan kebiasaan mereka dan mencoba bereksperimen untuk menciptakan style desain dan filosofi desain baru. Early Modern memiliki bentuk gemoteris yang lebih minimalis dengan didominasi oleh foto dan lebih sedikit ilustrasi.
Heroic Realism Style (1910-1940)
Heroic Realism Style merupakan istilah style desain grafis yang menggambarkan bentuk propaganda. Style ini salah satu contohnya digunakan untuk menyebarkan revolusi di Unisoviet pada waktu itu atau pada masa pendudukan Nazi.
Karakteristik gaya desain ini adalah mudah diidentifikasi, terlihat realistis, dan banyak menggambarkan tokoh, pahlawan atau simbol sebagai objek utamanya. Salah satu yang terkenal adalah poster "Uncle Sam" di Amerika.
Art Deco Style (1920-1940)
Art Deco adalah gaya desain yang menggunakan gradasi warna, motion line dan efek airbrush. Contoh sempurnah dari gaya desain ini dapat ditemukan di buku-buku komik, poster pameran mobil tua, sampul buku dan poster film.
Art Deco Style memiliki karakteristik berupa bentuk-bentuk geometris, kurva tebal, strong vertical lines, efek air brush dan gradasi warna. Art Deco Style menekankan pada penggunaan ilustrasi dan representasi dari bangunan atau benda sehari-hari. Belakangan ini, Art Deco Style kembali populer dalam pembuatan beberapa poster film.
Swiss/International Style Design (1940-1960)
Swiss Style Design sering disebut sebagai International Typographic Style atau International Style karena menjadi pondasi dasar dari banyaknya perkembangan style deasin grafis abad 20. Style desain ini lebih disukai karena tampilannya yang lebih sederhana tanpa tambahan ornamen, terkesan bersih dan lebih memanfaatkan ruang negatif dalam desainnya.
Fokus utama dari Swiss Design adalah penggunaan grid, tipografi sans-serif, hirarki konten dan tata letak yang rapi. Desain swiss terdiri dari kombinasi foto yang besar namun ditampilkan secara sederhana dengan tipografi minim.
Swiss Desain menjadi inspirasi dari Flat Design style yang sedang polpuler dan paling banyak digunakan sekarang ini. Style desain ini pada masanya lebih banyak digunakan untuk desain poster yang merupakan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif kala itu.
Late Modern Style (1945-1960)
Late Modern meliputi produksi keseluruhan dari artwork terbaru yang dibuat di antara perang dunia II dan awal abad ke 21. Istilah lain dari style desain ini adalah Contemporary Art.
Gaya desain ini lebih mengedepankan kesederhanaan dengan bentuk geomteris yang terdistorsi atau mengalami perubahan, tata letak struktur yang polos, sederhana dan non-dekoratif.
Lengkapnya, distorsi adalah perubahan atau penyimpangan dari bentuk, proporsi atau tata letak asli suatu objek.
American Kitsch Style (1950-1960)
Art Deco memberikan inspirasi kepada para desainer dan seniman untuk membuat ide-ide desain yang lebih modern. Setelah beberapa tahun mencoba, pada tahun 1950-an, Style desain Kitsch American muncul dengan gaya desain yang lebih futuristik. Style desain ini ditandai dengan penggunaan font yang lebih menonjol dan kontras warna yang sesuai. Style desain ini banyak digunakan pada komik dan poster film pada masanya.
Perlu diketahui, bahwasannya Kitsch adalah sebuah kata yang dalam bahasa Jerman memiliki arti "Selera Buruk". Namun pada kenyataannya, Kitsch menggambarkan artwork atau desain yang terkesan megah, elegan, dan vulgar. Seperti namanya, style desain ini berasal dari Amerika, namun masih belum diketahui alasan para desainer dahulu menggunakan kata 'Kitsch' tersebut.
Psychedelic Style (1960-1970)
Gerakan Psychedelic dimulai pada pertengahan tahun 1960-an dan memiliki efek banyak pada aspek budaya populer termasuk gaya berpakaian, seni, sastra dan falsafat. Nama "Psychedelic" mengacu pada obat narkoba yang populer pada budaya kaum muda waktu itu. Motif visual Art Psychedelic sebagian terinspirasi dari Art Nouveau Style dengan bentuk kurva melengkung, font hand draw, dan warna yang intens.
Dinamakan Psychedelic dikarenakan orang yang melihat desain ini akan merasa seolah-olah sedang berhalusinasi seperti orang yang mabuk atau mengonsumsi obat narkoba.
Dari kacamata seni, style ini merupakan artwork yang sangat bagus, namun gaya desain ini jarang digunakan karena bentuk font yang sulit terbaca dan justru menghilangkan fungsi utama dari sebuah desain, yaitu sebagai alat perantara komunikasi menyampaikan pesan kepada orang yang melihat desain tersebut.
Post-Modern Style (1970-1990)
Terakhir adalah Post Modern yang tidak memiliki dampak begitu besar pada desain grafis sampai pada tahun 1980. Awalnya banyak yang menduga bahwa desain ini hanyalah Mixed Art (style campuran), namun pada kenyataannya, ini adalah rancangan terbaru dari sebuah desain grafis. Style campur ini ditandai dengan judul yang miring, ilustrasi kolase, terdapat unsur tumpang tindih desain, menampilkan tokoh sebagai objek utama dan dekorasi yang implusif
Grunge Style (2000-2015)
Grunge style merupakan sebua evolusi dari desain baru yang mudah dikenali dengan penggunaan tekstur kasar atau efek bercak-bercak yang konsisten, gambar robek, potongan kertas atau kerutan kertas, tanpa garis tepi/border dan tata letak teratur.
Tekstur kasar ini sering digunakan sebagai latar belakang (background) untuk menu navigasi pada website, foto dan keseluruhan layout. Biasanya elemen ini adalah objek yang biasa dijumpai di kehidupan sehari-hari seperti guratan kertas, bercak cat tembok dan lainnya yang direplikasikan dalam bentuk nyata tanpa efek glossy atau mengkilap.
Flat Design Style (2010-Sekarang)
Flat Design adalah gaya desain populer dan paling banyak digunakan pada saat ini. Hal ini dikarenakan gaya desainnya yang tampak lebih minimalis dengan pemilihan warna cerah namun tetap nyaman dipandang mata. Pada awalnya, Flat desain digunakan untuk grafis antarmuka seperti website, software, aplikasi dan mobile Apps. Namun kini, gaya desain ini juga diaplikasikan ke berbagai media cetak seperti banner, poster, brosur, icon dan lainnya.
Metro Design Style (2012-Sekarang)
Metro UI merupakan istilah bahasa baru yang dikenal setelah meluncurnya sistem operasi Windows 8 pada tahun 2012.
Metro Design memiliki fokus utama untuk meningkatkan penggunaan pembaca dan pengamat dengan menampilkan desain yang rapi dan lebih menarik. Karakter dari gaya desain yang satu ini adalah banyaknya grid layout yang simple dan penggunaan typografi sans-serif. Typografi dalam metro UI ini memanfaatkan kesederhanaan yang mampu dibaca dan dimengerti dalam beberapa detik.
Pengaplikasian desain ini sangat cocok diterapkan di semua perangkat device seperti pc, laptop, layar sentuh, tablet, dan smartphone.
Dengan
berkembangnya teknologi digital, desain grafis menjadi lebih dinamis dan
interaktif. Desainer sekarang dapat menciptakan karya yang melibatkan audiens melalui
desain web, animasi, dan multimedia. Desain responsif juga menjadi kunci dalam
menyesuaikan dengan berbagai perangkat elektronik.
Penggunaan Komputer dan Perangkat
Lunak Desain
Pada
awal abad ke-21, desain grafis mengalami transformasi signifikan dengan
masuknya teknologi digital. Penggunaan komputer dan perangkat lunak desain
seperti Adobe Creative Suite
memberikan desainer akses ke alat yang lebih canggih dan fleksibel. Proses
kreatif pun menjadi lebih efisien, dan desainer dapat menciptakan karya dengan
tingkat kompleksitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Desain Responsif dan Pengalaman
Pengguna (UX)
Dengan
munculnya perangkat bergerak dan berbagai ukuran layar, desain responsif
menjadi kunci. Desainer grafis mulai fokus pada menciptakan pengalaman pengguna
(UX) yang optimal, memastikan bahwa desain mereka dapat beradaptasi dengan
berbagai perangkat. Ini melibatkan perhatian pada tata letak yang fleksibel,
ukuran teks yang sesuai, dan navigasi yang intuitif.
Era Desain Web yang Dinamis
Abad
ke-21 juga ditandai dengan perkembangan desain web yang dinamis. Animasi, video
latar belakang, dan elemen interaktif mulai mendominasi situs web. Desain web
tidak lagi sekadar tampilan statis, tetapi menjadi pengalaman visual dan
interaktif yang menarik pengunjung. Teknologi CSS3 dan HTML5 memungkinkan
desainer menciptakan situs web dengan efek dan fitur yang lebih kompleks.
Desain Grafis dalam Media Sosial
Peran
desain grafis dalam media sosial juga menjadi semakin penting. Dengan
kemunculan platform-platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter,
visualisasi yang efektif menjadi kunci untuk menarik perhatian dan membangun
merek. Desain grafis tidak hanya tentang menciptakan gambar yang menarik tetapi
juga mengoptimalkan ukuran dan format yang sesuai untuk berbagai platform.
Kreativitas Tanpa Batas dengan Desain
3D
Teknologi
desain 3D menjadi semakin terjangkau dan dapat diakses pada abad ke-21.
Desainer grafis dapat menciptakan karya dengan dimensi yang lebih banyak dan
memberikan efek visual yang memukau. Desain 3D digunakan dalam berbagai
konteks, termasuk iklan, film, dan desain produk.
Kecerdasan Buatan (AI) dalam Desain
Grafis
Penggunaan
kecerdasan buatan (AI) dalam desain grafis menjadi trend yang signifikan.
Algoritma cerdas dapat digunakan untuk memproses data, analisis tren desain,
dan bahkan menghasilkan karya-karya yang lebih kompleks. Beberapa perangkat
lunak desain bahkan dapat memprediksi preferensi desain berdasarkan data
pengguna.
Realitas Virtual dan Desain
Interaktif
Realitas
virtual (VR) membuka peluang baru dalam desain grafis. Desainer dapat
menciptakan pengalaman yang sepenuhnya immersif, baik dalam bentuk aplikasi,
permainan, atau presentasi virtual. Desain interaktif dalam realitas virtual
memberikan tingkat keterlibatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kolaborasi Global Melalui Cloud
Pada
era digital ini, kolaborasi antar-desainer tidak terbatas oleh batas geografis.
Cloud computing memungkinkan desainer dari seluruh dunia untuk bekerja
bersama-sama secara efisien, berbagi file, dan memberikan umpan balik secara
real-time.
Tantangan Etika: Manipulasi Visual
dan Desinformasi
Meskipun
banyak kemajuan positif, era digital juga menghadirkan tantangan etika bagi
desainer grafis. Manipulasi visual dan penyebaran desinformasi melalui
manipulasi gambar dan video dapat mengancam integritas informasi visual.
Masa Depan Desain Grafis: Integrasi
AI dan Kreativitas Manusia
Melihat ke masa depan, terlihat bahwa integrasi antara kecerdasan buatan dan kreativitas manusia akan terus berkembang. Desainer grafis akan memiliki akses ke alat yang semakin cerdas dan intuitif, memungkinkan mereka untuk menghasilkan karya-karya yang lebih inovatif dan relevan dengan zaman. Dengan demikian, abad ke-21 memberikan tantangan dan peluang baru bagi desain grafis yang membawa kita ke dunia di mana batas antara virtual dan nyata semakin kabur.
Sebagaimana yang kita telusuri dari jejak yang ada, bahwasannya desain grafis telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia sejak dahulu kala. Desain grafis memiliki peranan penting sebagai alat komunikasi pada era prasejarah, lalu berlanjut dan terus berevolusi menjadi kebutuhan komersil seperti sekarang ini. Dari mulai kita membuka mata hingga menutup mata kembali, kita dapat menemukan karya perancang grafis di mana-mana. Mulai dari baliho, sampul buku, feed media sosial, bahkan tampilan software atau aplikasi yang kita gunakan.
Editor : Ismi Muthmainnah
Sumber Gambar : Canva | Unsplash
Referensi : jagodesain.com
Dalam era digital yang penuh gebrakan, desain grafis yang mencengangkan adalah kunci utama untuk memikat perhatian target pasar Anda. Di Inagrafis, kami tidak hanya menciptakan desain, tapi karya seni yang berfokus pada nilai unik setiap brand.