This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website.
Address
Jl. Perumnas Nikan II, Kel. Air Kuti, Kec. Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 31628
Email
inagrafis@gmail.com
Phone
082273079834
HIKMAH DI BALIK PERJALANAN ISRA’ MI’RAJ
Home » Artikel  »  HIKMAH DI BALIK PERJALANAN ISRA’ MI’RAJ
Isra Miraj, peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam, merujuk pada perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan diteruskan dengan

HIKMAH DI BALIK PERJALANAN ISRA' MI'RAJ

Isra Miraj, peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam, merujuk pada perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan diteruskan dengan perjalanan menuju ke langit yang melibatkan pertemuan dengan para nabi, dan pertemuan dengan Allah SWT. Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian, tujuan, hikmah, ayat terkait, dan sejarah dari Isra Miraj.

PENGERTIAN ISRA' MI'RAJ

Isra’ Mi’raj berasal dari bahasa Arab, dengan "Isra" berarti perjalanan malam dan "Mi’raj" berarti tangga atau naik.

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW pada malam yang diberkahi. Isra’ Merupakan perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dalam waktu sekejap yang diberkahi. Sementara itu, Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad ke langit, melewati tujuh lapisan langit, hingga akhirnya mencapai Sidratil Muntaha dan bertemu langsung dengan Allah SWT.

TUJUAN ISRA' MI'RAJ

Tujuan Isra Miraj adalah untuk memberikan penghiburan, kekuatan, dan dukungan kepada Nabi Muhammad yang pada saat itu sedang dalam keadaan berduka setelah ditinggalkan oleh Abu Thalib dan Khadijah. Melalui Isra’ Mi’raj pula Allah menegaskan kedudukan dan keagungan beliau sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Selain itu, Isra Miraj juga dimaksudkan untuk memperlihatkan keajaiban dan kekuasaan Allah SWT kepada seluruh umat manusia yang hanya bisa diyakini dengan iman.

HIKMAH DI BALIK PERISTIWA ISRA' MI'RAJ

1. Penguatan Iman dan keyakinan
2. Pentingnya ibadah shalat
3. Tawakal dan sabar dalam setiap ujian
4. Pembekalan dakwah untuk Rasulullah
5. Teguh memegang prinsip dan menyampaikan kebenaran
6. Menerima pendapat orang lain
7. Perintah melakukan perjalanan dengan tujuan dan niat yang baik dan benar

AYAT TERKAIT PERISTIWA ISRA' MI'RAJ

Beberapa ayat Al-Qur'an yang terkait dengan Isra Miraj antara lain:

Surah Al-Isra (Surah 17), ayat 1: "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami."

Surah An-Najm (Surah 53), ayat 8-18: Ayat-ayat ini menggambarkan perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Sidratil Muntaha dan pertemuannya dengan Allah SWT.

SEJARAH PERISTIWA ISRA' MI'RAJ

Selagi Nabi berada dalam kondisi terjepit di perjalanan, antara keberhasilan dan tekanan, sementara bintang-bintang kecil berkelip-kelip nun jauh di atas sana, terjadilah peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Ada perbedaan pendapat mengenai penetapan waktu kejadiannya, yaitu sebagai berikut:

  1. Isra' terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan nubuwah. Ini menurut pendapat Ath-Thabari.
  2. Isra' terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini menurut An-Nawawi dan Al-Qurthubi.
  3. Isra' terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-10 dari nubuwah. Ini merupakan pendapat Al-Allamah Al-Manshurfuri.
  4. Ada yang berpendapat, Isra' terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari nubuwah.
  5. Ada yang berpendapat, Isra' terjadi setahun dua bulan setelah hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke-13 dari nubuwah.
  6. Ada yang berpendapat, Isra' terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi'ul Awwal tahun ke-13 dari nubuwah.

Tiga pendapat yang pertama tertolak. Dengan pertimbangan, karena Khadijah meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari nubuwah. Sementara pada saat meninggalnya belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada perbedaan pendapat, bahwa diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isra'. Sedangkan tiga pendapat lainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan surat Al-Isra menunjukkan bahwa Isra' itu terjadi pada masa-masa akhir.

Para imam hadits meriwayatkan rincian peristiwa ini, yang kami paparkan secara singkat sebagai berikut:

Ibnul Qayim berkata, “Menurut riwayat yang shahih. Rasulullah di-Isra'kan dengan jasadnya. Dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis. Dengan menaiki Buraq yang disertai Jibril, lalu turun di sana dan shalat mengimami para nabi yang lain. Sementara Buraq diikat pada tali pintu masjid.

Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia bersama Jibril. Jibril meminta izin agar dibukakan. Maka pintu langit dibukakan baginya. Di sana beliau melihat Adam, bapak sekalian manusia. Beliau mengucapkan salam dan Adam menyambut kedatangan beliau, menjawab salam dan menetapkan nubuwah beliau. Allah memperlihatkan roh orang-orang yang mati syahid ada di sebelah kanan dan roh orang-orang yang sengsara ada di sebelah kiri.

Kemudian naik lagi ke langit kedua. Jibril meminta izin bagi beliau. Setelah dibukakan beliau melihat Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam di sana. Setelah bertemu beliau mengucapkan salam, dan mereka berdua menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit ketiga. Di sana beliau melihat Yusuf. Beliau mengucapkan salam dan Yusuf menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit keempat. Di sana beliau melihat Idris. Beliau mengucapkan salam dan Idris menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit kelima. Di sana beliau melihat Harun bin Imran. Beliau mengucapkan salam dan Harun bin Imran menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik lagi ke langit keenam. Di sana beliau melihat Musa bin Imran. Beliau mengucapkan salam dan Musa bin Imran menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Ketika Nabi akan berlalu darinya, maka Musa menangis.

"Mengapa engkau menangis?" ditanyakan kepadanya.

Musa menjawab, "Aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku, yang masuk surga bersama umatnya dan lebih banyak daripada umatku yang masuk ke sana."

Kemudian naik lagi ke langit ketujuh. Di sana beliau melihat Ibrahim Beliau mengucapkan salam dan Ibrahim menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian beliau naik lagi ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik lagi ke Al-Baitul-Ma'mur. Kemudian dibawa naik lagi untuk menghadap Allah Yang Mahaperkasa dan mendekat dengan-Nya, hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Lalu Allah mewahyukan apa yang diwahyukan kepada hamba-Nya. Allah mewajibkan kepada beliau shalat lima puluh kali

Beliau kembali lagi hingga bertemu Musa.

"Apa yang diperintahkan kepadamu?" tanya Musa.

"Shalat lima puluh kali," jawab beliau.

"Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Kembalilah menemui Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada-Nya bagi umatmu," kata Musa.

Beliau memandang ke arah Jibril, meminta pendapatnya. Maka Jibril mengisyaratkan, dengan berkata, "Itu benar, jika memang engkau menghendaki,"


Bersama Jibril beliau naik lagi hingga menghadap Allah Yang Mahaperkasa, yang tetap berada di tempat-Nya. Begitulah yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari dalam beberapa jalan. Jumlah shalat itu dikurangi sepuluh. Kemudian beliau turun hingga bertemu Musa dan menyampaikan kabar kepadanya.


"Kembalilah lagi menemui Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada- Nya," kata Musa. Begitulah beliau mondar-mondir menemui Musa dan Allah, hingga shalat itu ditetapkan lima kali.

Sebenarnya Musa menyuruh beliau kembali lagi menemui Allah dan meminta keringanan. Namun beliau bersabda, "Aku sudah malu kepada Rabb-ku. Aku sudah ridha dan bisa menerimanya."

Setelah beberapa saat, ada seruan yang terdengar, "Kewajiban dari-Ku telah Kutetapkan dan telah Kuringankan bagi hamba-Ku." (Zadul-Ma’ad, 2/47-48)

Beliau melihat Jibril dalam rupa aslinya yang lain di Sidratul Muntaha. Jadi beliau pernah melihat Jibril dalam dua rupa aslinya, sekali tatkala di bumi dan sekali tatkala di Sidratul Muntaha, wallahu a'alam. (Ibid, 2/47-48; Shahih Al-Bukhari, 1/50, 455-456, 470-471, 481, 548-550; Shahih Muslim 1/91-96)

Peristiwa pembelahan dada juga terjadi pada kali ini. Dalam perjalanan Isra Mi'raj ini banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Beliau ditawari susu dan khamr, lalu beliau memilih susu. Lalu dikatakan kepada beliau, "Engkau telah dianugerahi fitrah atau engkau telah mendapat fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti engkau menyesatkan umatmu."

Beliau juga melihat empat sungai di surga. Dua sungai yang tampak dan dua sungai yang tidak tampak. Dua sungai yang tampak itu adalah Nil dan Eufrat. Dengan kata lain, risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara Nil dan Eufrat, yang penduduknya akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke lain generasi. Bukan berarti dua sungai tersebut bersumber dari mata air di surga.

Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka, yang tidak pernah tersenyum dan di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat surga dan neraka.

Beliau melihat orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti bibir onta. Mereka mengambil sepotong api neraka langsung ke bibirnya itu, lalu api itu keluar lagi dari d*burnya. Beliau melihat orang-orang yang suka mengambil riba. Mereka mempunyai perut yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya yang membesar itu. Para pengikut Fir'aun melewati mereka tatkala digiring ke neraka, lalu mereka melemparkan orang-orang yang mengambil riba ini ke neraka.

Beliau melihat para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelah ada daging jelek dan busuk. Mereka mengambil daging busuk itu dan membiarkan daging yang baik.

Beliau melihat para wanita yang suka memasuki tempat tinggal kaum laki-laki yang bukan anak-anaknya. Beliau melihat para wanita itu bergelayut pada payud*ranya.

Beliau melihat kafilah dari penduduk Makkah dalam kepergian dan kepulangannya. Beliau menunjukkan seekor onta milik mereka yang terlepas, dan beliau juga meminum air mereka di bejana yang tertutup selagi mereka sedang tidur, lalu meninggalkan bejana itu tetap dalam keadaan tertutup. 

Penulis/Editor : Ismi Muthmainnah