This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website.
Address
Jl. Perumnas Nikan II, Kel. Air Kuti, Kec. Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 31628
Email
inagrafis@gmail.com
Phone
082273079834
Darah Haid dalam Pandangan Islam
Home » Artikel  »  Darah Haid dalam Pandangan Islam
Darah haid memiliki hukum dan aturan dalam Islam yang perlu diketahui oleh setiap Muslimah. Ketentuan durasi haid, masa suci, warna-warna darah haid, dan larangan-larangan saat haid telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis shahih. Dengan memahami aturan ini, seorang Muslimah dapat menjalankan ibadahnya dengan lebih baik dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Haid atau menstruasi adalah proses alami yang dialami oleh setiap wanita yang telah mencapai usia baligh. Dalam Islam, haid memiliki aturan tersendiri terkait ibadah, seperti shalat, puasa, dan hubungan suami istri. Artikel ini akan membahas definisi darah haid, ketentuan perhitungan haid, serta beberapa dalil shahih terkait haid.

1. Pengertian Darah Haid

Haid adalah darah yang keluar dari rahim seorang wanita dalam keadaan sehat, bukan karena penyakit atau persalinan. Darah ini keluar secara berkala dan menandakan bahwa seorang wanita telah memasuki masa baligh.

Dalil mengenai haid disebutkan dalam Al-Qur’an:

"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: 'Haid itu adalah suatu kotoran.' Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci." (QS. Al-Baqarah: 222)

2. Ketentuan Perhitungan Haid

Para ulama menetapkan beberapa ketentuan mengenai haid berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Hadis, di antaranya:

  1. Usia Minimal dan Maksimal: Haid biasanya dialami oleh wanita mulai usia sekitar 9 tahun dan berlangsung hingga menopause (sekitar usia 50 tahun ke atas, tergantung individu).

  2. Durasi Haid:

    • Minimal haid: 1 hari 1 malam.

    • Maksimal haid: 15 hari.

    • Umumnya: 6-7 hari.

  3. Dalil mengenai durasi haid terdapat dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
    "Dahulu di antara kami ada yang mengalami haid selama sepuluh hari atau lebih, maka mereka diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak mengqadha shalat." (HR. Muslim, no. 335)

  4. Masa Suci antara Dua Haid:

    • Minimal masa suci: 13 hari.

    • Tidak ada batas maksimal, karena tergantung siklus masing-masing wanita.

  5. Tanda Berakhirnya Haid:

    • Keluarnya cairan putih (al-qashshah al-baydha’).

    • Tidak ada lagi bercak darah atau warna kecoklatan.

  6. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
    "Wanita-wanita dahulu mengirimkan kapas yang telah mengering (tanpa darah) kepada Aisyah sebagai tanda suci dari haid, maka Aisyah berkata: 'Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat tanda putih suci.'" (HR. Malik dalam Al-Muwatha', no. 130)

3. Warna-warna Haid dan Ketentuannya

Darah haid tidak hanya berwarna merah, tetapi juga memiliki variasi warna yang berbeda. Ulama membagi warna darah haid sebagai berikut:

  1. Merah Gelap: Ini adalah warna darah haid yang umum dan jelas menandakan menstruasi.

  2. Hitam: Jika darah tampak pekat atau hitam, maka ini juga termasuk darah haid. Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Jika darah itu berwarna hitam, maka itu adalah haid. Jika kamu melihatnya seperti itu, janganlah shalat." (HR. Abu Dawud, no. 286)

  3. Merah Terang: Biasanya ini adalah fase awal atau akhir dari haid.

  4. Cokelat atau Keruh: Jika terjadi dalam masa haid, maka tetap dihitung sebagai haid.

  5. Kuning atau Keruh di Luar Masa Haid: Jika cairan kuning atau keruh keluar sebelum atau setelah masa haid selesai, maka ini bukan haid.
    Dalil mengenai cairan kuning atau keruh disebutkan dalam hadis dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha:
    "Kami tidak menganggap cairan kuning dan keruh sebagai haid setelah kami suci." (HR. Abu Dawud, no. 307 dan Bukhari, no. 320)

4. Larangan dan Keringanan Saat Haid

Dalam keadaan haid, wanita memiliki beberapa larangan serta keringanan dalam ibadah:

  1. Tidak Boleh Shalat dan Puasa
    Rasulullah ﷺ bersabda: "Bukankah jika seorang wanita haid, dia tidak shalat dan tidak berpuasa?" (HR. Bukhari, no. 304)
    Namun, wanita yang haid wajib mengqadha puasa tetapi tidak perlu mengqadha shalat.

  2. Dilarang Melakukan Tawaf
    Rasulullah ﷺ bersabda kepada Aisyah yang sedang haid saat haji:
    "Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang yang berhaji, hanya saja janganlah engkau melakukan thawaf di Ka'bah hingga engkau suci." (HR. Bukhari, no. 1650)

  3. Dilarang Berhubungan Suami Istri
    Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa menyetubuhi wanita yang sedang haid atau menyetubuhi istrinya melalui duburnya, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad." (HR. Abu Dawud, no. 2169; dihasankan oleh Al-Albani)

  4. Boleh Membaca Al-Qur'an Tanpa Menyentuh Mushaf Menurut sebagian ulama, wanita haid diperbolehkan membaca Al-Qur'an selama tidak menyentuh mushaf secara langsung. Hal ini berdasarkan hadis:
    "Orang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an." (HR. Tirmidzi, no. 131)
    Namun, hadis ini diperselisihkan keabsahannya oleh para ulama.

5. Kesimpulan

Darah haid memiliki hukum dan aturan dalam Islam yang perlu diketahui oleh setiap Muslimah. Ketentuan durasi haid, masa suci, warna-warna darah haid, dan larangan-larangan saat haid telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis shahih. Dengan memahami aturan ini, seorang Muslimah dapat menjalankan ibadahnya dengan lebih baik dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Semoga artikel ini bermanfaat dan membantu dalam memahami lebih dalam tentang ketentuan haid dalam Islam. Wallahu a’lam.